JELAJAHPERKARA.COM || TOBASA-
Diketahui visi misi dari perusahaan PT Toba Palp Lestari (TPL) di Kabupaten Toba Sumatera Utara adalah menjadi salah satu perusahaan berbasis sumber daya berkelanjutan terbesar, dan terbaik yang senantiasa menciptakan manfaat bagi masyarakat, negara, iklim, pelanggan dan perusahaan, Selasa (27/4/2021).
Berkaca dari visi misi tersebut, tentu pembaca akan berpikir bahwa PT.TPL mampu mensejahterakan masyarakat sekitar. Namun ada fakta baru dilapangan yang berhasil diperoleh media ini.
Redaksi awak media dibuat kaget dengan menerima sebuah video berdurasi 2:40 menit. Narasi video itu menunjukkan bahwa kaki dan tangan dari Ny Manurung boru Siagian warga Kampung Parbulu Kecamatan Parmaksian itu disebut sebut sebagai korban limbah Nursery PT TPL.
Dikatakan, hingga saat ini tidak pernah Ny Manurung br Siangian ini dicek oleh siapapun.*Jadi ini adalah suatu fakta dan langsung di videokan, jadi fakta video itu sangat valid dan tidak melalui perantaraan siapapun.
“Inilah kita lihat dengan jelas kaki adik saya Mama Josua boru Siagian, kita lihat ini yang sekarang berumur 48 tahun, waduh ngeri sekali kita lihat ini kakinya terus tidak sembuh sampai sekarang, ini harus dialaminya harus dibangun terus yang tidak bisa lagi berjalan capek, ini karena mulanya dari air dari Nursery PT TPL tiba-tiba karena kena lumpur terus mencuci kaki dan inilah kenyataan jadi semua ya terimbas, jadi sangat menyedihkan sekali, jadi kita melihat sangat menyedihkan sekali, kita lihat ini aduh jadi kita lihat dulu ini sangat menyedihkan”, ujar Pdt Faber S Manurung.S.Th M.Sc kepada wartawan, Sabtu (24/4/2021) sembari memvideokan kaki Ny Manurung boru Siagian tersebut.
Menurut Pdt Faber, seharusnya perusahaan bertanggung jawab atas derita yang dialami saudaranya, namun ujar Pdt Faber, sudah pernah menyampaikan hal tersebut kepada pihak PT.TPL tapi hingga sekarang belum ada respon dari PT.TPL.
“Kami sudah menyampaikan toh juga sampai sekarang masih begini, jadi mohon doa dari semua, kita lihat kakinya ini masih ada bintik bintik, dan ini belum sembuh total, mudah mudahan dari pihak Mabes Polri betul betul melihat fakta dan kenyaatan ini”, katanya.
Ia mengatakan video tersebut bukan kebohongan dan merupakan fakta yang dialami adeknya saat ini.
“Kita tidak berbohong, ini kakinya kita lihat menyedihkan sekali, mudalah mudahan secepatnya bisa sembuh adek kami mama Josua boru Siagian ini, mudah mudahan cepat sembuh dan bisa merasakan kehidupan sedikit berbahagia,” tambah Pdt Faber S Manurung.
Ia pun memohon kepada Mabes Polri bisa melihat kenyataan dalam video ini, karena disebut derita yang dialami Ny Manurung br Siagian adalah fakta akibat limbah Nursery PT. TPL.
“Jadi mohon kepada bapak bapak yang melihat video ini, terutama dari Mabes Polri bisa melihat kenyataan langsung video ini, ini akibat daripada air yang datang dari Nursery PT. TPL, jadi mohon bantuannya,” lanjut Pdt Faber S Manurung S.Th. MSc.
Secara terpisah, guna memastikan kebenaran isi video berdurasi 2:40 menit yang sudah beredar, maka dilakukan upaya konfirmasi kepada pihak PT.Toba Palp Lestari (TPL) demi keberimbangan dan keselarasan pemberitaan untuk konsumsi publik.
Melalui Humas PT.TPL, Norma Hutajulu, memberi respon dan mengatakan terima kasih atas konfirmasi yang diajukan kepada pihaknya. Norma pun memohon waktu untuk koordinasi menyusun jawaban atas pertanyaan konfirmasi yang diajukan.
“Terima kasih untuk konfirmasi yang diajukan kepada TPL. Mohon waktu untuk koordinasi menyusun jawab atas pertanyaan – pertanyaan konfirmasi diatas,” tulis Norma Hutajulu kepada wartawan, Minggu (25/4/2021) lewat aplikasi WhatsApp. Namun, walau sudah ditunggu, hingga saat ini Humas PT.TPL tak kunjung menjawab konfirmasi yang diajukan sebelumnya.
Sementara, Ketua GTA54 (Gerakan Tuntut Akte 54) Firman Sinaga, mengirimkan sebuah spanduk yang bertuliskan beberapa aspirasi dan pernyataan pada Senin (26/4/2021) malam.
Dalam spanduk besar itu, dituliskan Gubernur, Bupati, DPRD Toba dan Sumut, dan para Menteri “Diam atas kerugian masyarakat Toba dan sekitarnya. Terutama Negeri patane dan sekitarnya atas kehadiran PT.Toba Palp Lestari (TPL) sejak tahun 1990.
Kemudian, tulis GTA54, ketika hujan turun benih bemih ikan mas mati, petani ikan diperkirakan menderita kerugian minimal Rp8 trilliun selama 25 tahun.
Dalam tulisan itu, GTA54 pun menuding pemerintah hanya berani menindak para rakyat kecil penambang batu yang katanya illegal, yang sama sekali tidak membuat pencemaran, apa karena uang ? tanya GTA54 dalam spanduk tersebut.
(BONNI)
Tinggalkan Balasan