Semarang, 8 Mei 2025 — Aroma ketakutan terasa di antara deretan truk yang lalu-lalang di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Bukan karena pekerjaan berat atau cuaca panas, melainkan ulah seorang pria berinisial R yang disebut-sebut sebagai “raja kecil” di kawasan bongkar muat batu bara.

R, warga Barutikung, dikenal sebagai tukang buka terpal. Tapi menurut pengakuan para sopir, aktivitasnya lebih mirip preman pelabuhan. Ia disebut sering mabuk di area pelabuhan, memalak sopir, bahkan tak segan melakukan kekerasan fisik hingga menyebabkan luka serius. “Kadang mukul orang cuma gara-gara salah lihat. Kami takut tapi bingung harus ke siapa,” ujar seorang sopir yang enggan disebut namanya.

Salah satu korban, sopir berinisial M, pernah mencoba melawan dengan melaporkan R ke Polrestabes Semarang. Namun, laporan itu kandas. Alasannya? Tidak ada saksi mata. “Padahal saya babak belur,” kata M kecewa.

Para sopir kini hanya bisa berharap. Mereka mendesak Polda Jawa Tengah untuk segera turun tangan. Premanisme di pelabuhan bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga mengancam keselamatan para pekerja yang menggantungkan hidup di sana.

“Kalau dibiarkan, siapa pun bisa jadi korban berikutnya,” tegas seorang sopir lainnya.

Wajah Pelabuhan Tanjung Mas kini bukan hanya tentang kapal dan muatan, tapi juga tentang ketakutan yang terus menghantui. Warga menanti, apakah hukum akan berpihak pada mereka yang teraniaya?

Redaksi