JELAJAHPERKARA.COM || JAKARTA-
Hasil Kongres Luar Biasa Partai Demokrat telah ditolak oleh Kementerian Hukum dan HAM pada Rabu (31/3).Tapi,itu bukan berarti “perang” sudah selesai. Karena nyatanya Moeldoko memberi sinyal bahwa keinginannya belum selesai akan terus upaya lainnya untuk mewujudkan. Sehingga wajar bila tercium adanya rencana gugatan dari pihak kubu Moeldoko di ruang pengadilan.
Semua yang dikatakan oleh Moeldoko sehari sebelum pengumuman disampaikan Menteri Yasona Laoly sebagai bukti adanya dari hasrat oligarki yang belum padam. Khalayak ramai tahu, bahwa Moeldoko sehari sebelum KLB ditolak menyatakan sikapnya untuk terus berjuang melanjutkan kehendaknya.
“Untuk menghadapi itu semua, maka saran kami Partai Demokrat harus bersikap tegas dan cerdas untuk bersikap oposisi. Jangan ragu dan jangan lagi terlihat _melo_ dengan mengemis perhatian Presiden RI sekalipun. Dan sikap oposisi harus ditunjukkan oleh kader Partai Demokrat di dalam gedung DPR maupun diluar bersama rakyat,” kata Pengamat Hukum Politik Suta Widhya SH pada Selasa (6/4) pagi di Jakarta.
Menurut penilaian Suta, sikap Moeldoko untuk melawan sesuai dengan rencana oligarki yang kuatir kekuasaannya terganggu menjelang Suksesi 2024. Alasan yang diucapkan oleh Moeldoko demi membela negara negara demi suksesi 2024 terjaga demi sukses Indonesia Emas 100 tahun merupakan sinyal bahwa perlawanan Moeldoko belum berakhir.
“Kami rasa diperlukan institusi yang sempurna dalam membaca fenomena sikap oposisi lain yang ada. Berikan saja perhatian terhadap kelompok – kelompok oposisi yang tengah bermasalah hukum di Pengadilan, niscaya akan tenang sinergisitas dengan masyarakat luas di luar dari sikap di ruang Parlemen, “Tutup Suta.
(St.s)