๐Ÿ‘๏ธ Dilihat: 405.146 kali

 

 

 

Opini oleh: Dwi Hartoyo

Sabtu, 25 Oktober 2025.

Metroย  โ€” Kasus yang menimpa A B A, seorang siswa asal kota Metro yang harus dirawat di ruang salah satu rumah sakit, semula rumah sakit tidak mau menerima BPJS Askes karena diduga keracunan buah kecubung, dan dengan demikian penjelasan yang diperoleh akibat ini tidak kategori ditanggung BPJS dan ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua โ€” khususnya generasi muda.

Kejadian ini bukan sekadar soal administrasi rumah sakit atau layanan BPJS yang dinilai kurang ramah, melainkan cermin nyata bahwa lemahnya kesadaran akan bahaya zat-zat beracun bisa berujung pada hilangnya masa depan yang berharga.

 

A B A harus menjalani perawatan selama empat hari di salah satu rumah sakit swasta di Lampung. Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, keracunan yang dialaminya diduga akibat menelan buah kecubung โ€” tanaman liar yang dikenal memiliki efek halusinogen dan dapat membahayakan kesehatan, bahkan nyawa. Namun, yang membuat situasi semakin pelik, pihak BPJS disebut tidak menanggung biaya pengobatan dengan alasan โ€œkeracunan akibat kesalahan konsumsi pribadi.โ€

 

Di tengah kebingungan orang tua pasien, muncul pula masalah komunikasi. Pihak keluarga merasa diperlakukan kurang sopan oleh petugas di loket 4 pelayanan BPJS.

โ€œSebagai pelayan publik, seharusnya berbicara dengan sapaan lembut dan menanyakan apa yang bisa dibantu, bukan justru menjatuhkan harga diri orang di depan umum,โ€ ujar C D., selaku orang tua.ย  Jumat (24/10/2025). Beruntung, setelah kedua belah pihak menyadari adanya miskomunikasi, persoalan diselesaikan dengan saling memaafkan.

 

Namun, di balik kejadian ini, ada pesan moral yang lebih dalam: generasi muda perlu waspada terhadap segala hal yang bisa merusak pikiran dan jiwa. Tanaman seperti kecubung, Ganjar, tembakau gorila, singkong beracun, maupun gadung adalah contoh nyata bahwa alam bisa menjadi sahabat bila dimanfaatkan dengan benar, namun bisa menjadi musuh bila disalahgunakan.

 

Di sisi lain, profesi dokter tetaplah mulia dan terhormat. Seorang dokter memikul tanggung jawab besar untuk menyelamatkan nyawa, menolong mereka yang sakit, dan mengabdikan ilmu untuk kemanusiaan. Namun, profesi ini juga tak luput dari sorotan ketika muncul kesan bahwa pelayanan kesehatan terlalu berorientasi pada materi. Padahal, nilai luhur seorang dokter sejatinya terletak pada niatnya โ€” menyembuhkan, bukan mencari keuntungan pribadi.

 

Pemerintah dan BPJS Kesehatan perlu melakukan klasifikasi yang lebih jelas dan edukatif terhadap jenis penyakit atau kondisi apa saja yang tidak ditanggung, agar masyarakat tidak kebingungan. Sebab, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan rakyat merupakan tanggung jawab negara sebagaimana amanat konstitusi.

 

Peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua โ€” bahwa kesehatan adalah aset utama bangsa. Generasi muda adalah pewaris masa depan negeri ini. Bila generasi muda diracuni oleh hal-hal yang merusak tubuh dan pikiran, maka masa depan bangsa pun ikut terancam.

 

Menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga bentuk kecintaan terhadap kehidupan. Karena dokter bisa menyembuhkan luka, tetapi tidak ada obat yang mampu menyembuhkan penyesalan ketika hidup sudah disia-siakan oleh kelalaian sendiri.